Peluang Bisnis Energi Biogas dari Limbah Ternak
Gonjang-ganjing permasalahan harga
minyak bumi dunia yang tidak stabil, menyebabkan harga bahan bakar
minyak dalam negeri semakin hari melambung kian tinggi. Kondisi inilah
yang belakangan menjadi perhatian khusus dari beberapa kelompok
masyarakat, sehingga tidak sedikit dari mereka yang sekarang ini mulai
berinovasi dan berkreasi menciptakan energi alternatif berbahan baku nabati yang harganya relatif lebih terjangkau.
Seperti kita ketahui bersama, negara Indonesia
memiliki limpahan kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan sebagai bahan
baku bioenergi. Salah satunya saja seperti energi alternatif berupa gas
methan atau biogas
yang dihasilkan dari limbah kotoran hewan ternak, sebagai bahan bakar
pengganti minyak tanah dan gas elpiji serta menjadi sumber energi
listrik di beberapa daerah terpencil.
Konsumen
INFO BISNIS
Energi alternatif biogas sebenarnya bukan hal yang baru lagi bagi beberapa negara tetangga. Teknologi ini sudah dikembangkan sejak puluhan tahun yang lalu di negara Inggris, Rusia, Amerika Serikat, serta beberapa negara di benua Asia seperti Taiwan, Cina, Korea, dan lain sebagainya.
Biogas sendiri didefinisikan sebagai gas campuran metana (CH4), karbondioksida (CO2) dan gas lainnya yang dihasilkan dari penguraian material organik seperti kotoran hewan, kotoran manusia, jerami, sekam, dan daun-daun hasil sortiran sayur yang difermentasi atau mengalami proses metanisasi dengan bantuan biodigester. Proses penguraian material organik dilakukan dengan sistem anaerob (tanpa oksigen), dan biogas akan terbentuk pada hari ke 4-5 setelah biodigester terisi penuh. Biasanya biogas yang dihasilkan biodigester terdiri dari campuran metana (50-75%), CO2 (25-45%), serta sejumlah gas kecil lainnya seperti H2, N2,dan H2S.
Nah, bagi Anda yang tertarik menekuni bisnis energi alternatif berupa biogas dari limbah. Berikut ini kami informasikan salah satu cara pembuatan biogas dari limbah ternak yang bisa Anda praktekan dari rumah.
Membuat Biogas Dari Limbah Ternak
- Persiapkan reaktor biogas (biodigester) dengan membuat lubang reaktor berukuran (panjang 4 m, lebar 1,1 m dan kedalaman 1,2 m). Sedangkan meja tabung plastik penampung gas berukuran (panjang 3 m, lebar 1,2 m dan diameter 1,2 m). Siapkan drum untuk tempat pencampuran kotoran sapi dengan air (perbandingan 1 : 1).
- Setelah perlengkapan telah siap, selanjutnya buat campuran kotoran ternak 2000 liter yang dicampur dengan air (perbandingan 1 : 1).
- Masukan bahan biogas ke dalam reaktor melalui tempat pengisian, selanjutnya akan berlangsung proses produksi biogas dalam reaktor (secara anaerob). Usahakan temperatur, pH, pengadukan, dan bahan-bahan penghambat, diperhatikan dengan baik. Proses ini sebaiknya berlangsung pada kisaran suhu 5°C – 55°C, adapun suhu temperatur optimum untuk menghasilkan biogas yaitu 35°C.
- Setelah kurang lebih 10 hari, reaktor biogas dan penampung biogas akan terlihat mengembung dan mengeras karena adanya biogas yang dihasilkan. Dan biogas pun sudah dapat digunakan untuk menghidupkan kompor biogas.
- Sekali-kali reaktor biogas digoyangkan agar terjadi penguraian yang sempurna dan gas yang terbentuk di bagian bawah naik ke atas.
- Pengisian bahan biogas selanjutnya bisa dilakukan setiap hari, sebanyak ±40 liter setiap pagi dan sore. Sisa pengolahan bahan biogas yang berupa lumpur secara otomatis akan keluar dari reaktor setiap kali dilakukan pengisian bahan biogas. Limbah tersebut bisa Anda gunakan sebagai pupuk organik, baik dalam keadaan basah maupun kering.
Sebagai energi alternatif, biogas memiliki sifat yang ramah lingkungan dan dapat mengurangi efek rumah kaca. Bahkan jika dibandingkan dengan minyak tanah, api biru yang dihasilkan biogas juga lebih bersih dan tidak menghasilkan asap, sehingga kebersihan udara di sekitar masyarakat akan tetap terjaga dengan baik.
Selain itu, energi yang dihasilkan biogas juga bisa dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik. Besarnya energi setara dengan 60-100 watt lampu selama 6 jam penerangan, sehingga bisnis energi alternatif biogas ini bisa menggantikan bahan bakar minyak serta penghasil energi listrik di kawasan daerah terpencil. Tidak hanya itu saja, limbah biogas yang berubah menjadi slurry (lumpur) mengandung banyak nutrisi, sehingga cocok bila digunakan sebagai pupuk oraganik bagi industri pertanian.
Kekurangan Bisnis
STRATEGI PEMASARAN
Untuk strategi pemasaran, Anda bisa merangkul masyarakat daerah dalam mempromosikan manfaat biogas sebagai bahan bakar maupun energi listrik alternatif. Sebagai contoh sederhana, Koperasi Peternak Susu Bandung Utara (KPBSU) kini mulai aktif mensosialisasikan penggunaan biogas kepada 7.000 anggotanya untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak yang harganya semakin hari semakin meninggi.
Melalui pendekatan langsung kepada para konsumen, KPBSU mengarahkan masyarakat untuk membangunan instalasi biogas sebagai sumber energi alternatif yang biayanya lebih terjangkau. Program tersebut ternyata cukup berhasil, sehingga sebagian besar peternak sapi di daerah Bandung dan sekitarnya mulai terbebas dari gas elpiji dan beralih memanfaatkan energi biogas untuk kebutuhan bahan bakar sehari-hari.
Kunci sukses
Analisa Ekonomi
Asumsi
Digester biogas menghasilkan 7,92 m3 gas = 4,3 L minyak tanah/hari
Harga biogas setara dengan 1 liter minyak tanah (Rp 11.500,00)
Limbah biogas (slurry) dijadikan pupuk Rp 25.000,00/karung
Modal awal
2 ekor sapi x @ Rp 5.000.000,00 Rp 10.000.000,00
Pembuatan digester biogas :
Material (Batu, pasir, semen, besi beton, dll) Rp 5.000.000,00
Material instalasi (pipa, stop kran, klem, dll) Rp 1.000.000,00
Peralatan (ember, cangkul, sekop, dll) Rp 150.000,00
Jasa tukang (3 orang x Rp 250.000,00) Rp 750.000,00 +
Total Rp 16.900.000,00
Digester biogas mengalami penyusutan setelah 5 tahun :
1/60 bulan x Rp 6.900,000,00 = Rp 115.000,00/bln
Biaya operasional per bulan
Perlengkapan Rp 500.000,00
Biaya karyawan (@ Rp 800.000,00 x 2 org) Rp 1.600.000,00
Biaya transportasi (@ Rp 25.000,00 x 30 hr) Rp 750.000,00
Biaya penyusutan digester Rp 115.000,00+
Total Rp 2.965.000,00
Omset per bulan
Omset produksi biogas per bulan :
30 hari x 7,92 m3 (4,3 L) x Rp 11.500,00 Rp 1.483.500,00
Omset pupuk kandang :
30 hari x Rp 25.000,00 x 5 karung Rp 3.750.000,00 +
Total omset per bulan Rp 5.233.500,00
Laba bersih per bulan
Rp 5.233.500,00 - Rp 2.965.000,00 = Rp 2.268.500,00
ROI (Return of Investment)
(modal awal : laba bersih per bulan) = ± 7,5 bulan
07.32
|
Label:
Wirausaha
|
This entry was posted on 07.32
and is filed under
Wirausaha
.
You can follow any responses to this entry through
the RSS 2.0 feed.
You can leave a response,
or trackback from your own site.
0 komentar:
Posting Komentar